Amba
Penerbit:
Tahun penerbitan:
Gramedia Pustaka Utama
2012
Sinopsis
Tahun 2006: Amba pergi ke Pulau Buru. Ia mencari seorang yang dikasihinya, yang memberinya seorang anak di luar nikah.
Laki-laki itu Bhisma, dokter lulusan Leipzig, JermanTimur, yang hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Ketika kamp tahanan politik itu dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali.
Novel berlatar sejarah ini mengisahkan cinta dan hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil Jawa Tengah. "Aku dibesarkan di Kadipura. Aku tumbuh dalam keluarga pembaca kitab-kitab tua." Tapi ia meninggalkan kotanya.
Di Kediri ia bertemu Bhisma. Percintaan mereka terputus dengan tiba-tiba di sekitar Peristiwa G30S di Yogyakarta. Dalam sebuah serbuan, Bhisma hilang selama-lamanya. Baru di Pulau Buru, Amba tahu kenapa Bhisma tak kembali.
Pujian untuk
Amba
“Sudah banyak memang novel yang bercerita tentang tragedi tahun ’65 dengan bermacam konsekuensi psiko-sosialnya. Namun… dari sisi kematangan penguasaan bahan, erudisi dan kedalaman visi kemanusiaan, serta kepiawaian olah-bentuknya, Amba adalah novel bertaraf world class. Di Indonesia sendiri kiranya ini adalah salah satu puncak baru dalam pencapaian sastra kita.” – Bambang Sugiharto, Guru Besar Estetika Universitas Parahyangan, Bandung
“Amba adalah novel terbaik setelah tetralogi Bumi Manusia.” B- J.B. Kristanto
“Novel ini akan merupakan salah satu dari deretan karya terkemuka kesusastraan Indonesia.” – Goenawan Mohamad, penyair, esais
“Sebuah kisah cinta memukau yang dituturkan secara anggun dan penuh gairah oleh salah seorang penulis paling cerdas dari generasinya, berlatar sejarah yang paling ditabukan di tanahairnya sendiri.” - Ariel Heryanto, Associate Professor of Indonesian Studies dan Head of Southeast Asia Centre, The School of Culture, History and Language, Australian National University
“Dengan diksi yang memukau, Laksmi Pamuntjak menghadirkan kisah cinta kolosal sekaligus menyentuh. Tak hanya romansa, banyak jendela sejarah dan pembelajaran hidup yang terkuak dalam buku ini.” - Dewi Lestari (Dee), novelis, penulis cerita pendek, penyanyi
“Novel ini membayurkan yang khayali dan yang bayan dengan cara yang sangat indah dan cerdas. AMBA juga merupakan bagian dari "perjuangan melawan lupa" akan luka sejarah bangsa ini yang tak kunjung pulih.” - Amarzan Loebis, penyair, editor senior Tempo, eks-tahanan politik Pulau Buru